14/05/10

Tulisan ini saya ramu dari tulisan MT di facebook yang berjudul “HIDUPLAH SEBAGAI JIWA YANG IKHLAS”.

Ceritanya setelah membaca supernote MT tersebut, saya jadi terinspirasi untuk menulis tentang keikhlasan dan berjilbab. Ikhlas menurut MT adalah seutuhnya menerima Tuhan dengan segala kebenaran-Nya.

Kebenaran Tuhan adalah untuk kemuliaan kita, dalam kehidupan di dunia dan dalam kehidupan setelah kehidupan ini.

Maka,

Jiwa yang menerima Tuhan dengan seutuhnya sebagai pemimpin kehidupannya, akan dibenarkan kehidupannya dengan cara-cara yang indah.

Tetapi jiwa yang pelik dan ketil berhitung dalam keputusan yang tarik-ulur dalam menjadikan Tuhan sebagai pemimpin kehidupannya, dan kadang-kadang mencoba perhitungan akal-akalan untuk menyiasati kewenangan Tuhan mengenai nasibnya,akan tetap dibenarkan kehidupannya – tetapi dengan cara-cara yang tidak akan disukainya (© MT).

Jika demikian, apabila kita ikhlas menerima Tuhan dengan segala kebenaran-Nya, menerima Allah sebagai pemimpin kehidupan kita; maka kita tidak perlu ragu untuk menerima perintah-Nya, menjalankan apa yang diperintahkan kepada kita dan menjauhi larangan-Nya. Termasuk juga perintah berjilbab. Tidak perlu bertanya kenapa kita harus berjilbab (atau ajaran-Nya yang lain). Tidak perlu mengharuskan Tuhan memenuhi syarat keraguan hati kita, sebelum kita ikhlas berupaya. Tidak perlu berargumentasi dengan alasan-alasan dari hasil pemikiran akal manusia untuk menyiasati perintah-Nya, untuk tidak melaksanakan ajaran-Nya atau untuk melanggar apa yang dilarang-Nya. Apakah manusia ciptaan Tuhan ini lebih pintar dari Yang Menciptakannya? Kenapa manusia ini tidak bisa seperti kaum Anshor yang langsung patuh menjalankan perintah-Nya setelah perintah itu turun, tanpa bertanya dan protes sepatah katapun? Kenapa manusia zaman sekarang semakin pintar tapi juga semakin pintar menyiasati kebenaran Tuhan?

Mengapakah ikhlas itu sulit?

Karena engkau memilih mempertahankan kebiasaan dan kesenangan mu yang tak akan memperkuat dan memuliakanmu, daripada memilih pikiran, sikap, dan perilaku yang ditetapkan oleh Tuhan sebagai jalan lurus menuju kedamaian dan kesejahteraanmu (© MT).

Mengapa kita sulit menerima hijab sebagai perintah-Nya? Karena kita terbiasa dan senang dengan keadaan yang tidak beriorientasi ke arah ajaran-Nya. Kita terbiasa dengan pakaian-pakaian dari mode yang tidak sesuai dengan ajaran-Nya. Berubah itu sulit; karena pikiran, sikap dan perilaku yang ditetapkan Allah sebagai jalan lurus menuju kedamaian dan kesejahteraan itu berbeda dan bertentangan dengan kebiasaan dan kesenangan kita. Betul? Olehkarena itu untuk berjilbab-pun dibutuhkan keikhlasan. Demikian pula dengan keikhlasan untuk menerima kebenaran-kebenaran Allah yang lain.

Wahai jiwaku, ikhlaslah.
Engkau dan aku berhak bagi keindahan hidup yang menjadi hak bagi jiwa yang ikhlas.

Maka, marilah kita berhenti hanya bertanya, tanpa bersungguh-sungguh mencoba.

Marilah kita berhenti mengharuskan Tuhan memenuhi syarat keraguan hati kita, sebelum kita ikhlas berupaya.

Marilah kita berhenti mensyaratkan semuanya mudah, sebelum kita bersedia berupaya.

Marilah kita berhenti meminta jaminan bahwa upaya kita akan dihargai oleh Tuhan, karena jaminan itu adalah kepastian bagi yang ikhlas.

Marilah kita berhenti menyalahkan Tuhan atas kelemahan-kelemahan kita, karena banyak orang yang tak sekuat kita – yang berhasil karena keikhlasannya (© MT).

Bagaimana, apakah tulisan MT dapat menginspirasi Anda untuk ikhlas juga?
Semoga.
Amin.

Wallahu’alam Bissawab.

Boleh dibaca juga nih:
Kenapa Tidak Berjilbab?
Kenapa Berjilbab (2)
Kenapa Berjilbab (1)
Jilbab dalam “My Name is Khan”
Manfaat Berjilbab
Jilbab BUKAN Masalah Khilafiah