09/07/08
Berkaitan dengan pernyataan tidak bertanggung jawab tentang Rasulullah yang pedofil karena menikahi gadis berumur 9 tahun (saya sebutkan pada tulisan “Tentang Poligami”)… Aduh, gemas sekali saya! Sayang sekali, saya hanya pernah baca tapi tidak punya bukunya. Jadi tidak dapat menyebutkan sumber yang pasti. Tapi kalau tidak salah bukunya berjudul “Kado Pernikahan untuk Istriku”, karya M. Faudzil Adhim. Nabi SAW memang menikahi Aisyah pada umur 9 tahun, tetapi mereka berumah tangga 2 atau 3 tahun kemudian saat Aisyah sudah baligh. Ah, saya ingat seorang teman SD yang sudah baligh saat usianya 8 tahun. Bentuk tubuhnya pun sudah seperti perempuan dewasa. Memang mentalnya tidak sedewasa penampilannya. Tetapi mental (calon) seorang istri Nabi yang berusia 9 tahun itu tentu tidak seperti perempuan biasa di usia yang sama, bukan? Pastilah dia bukan perempuan biasa.

Aisyah adalah perempuan cantik dengan pipi bersemu merah yang sangat cerdas dan memiliki daya ingat baik. Tubuhnya lebih besar daripada perempuan lain seusianya (mungkin maksudnya bongsor, ya). Darinya banyak dirawi hadits-hadits shahih. Aisyah adalah satu-satunya perawi hadits perempuan. Aisyah menjanda pada usia 18 tahun. Sepanjang 9 tahun pernikahan mereka saja, sudah ribuan hadits shahih yang dirawinya. Bayangkan jika Nabi SAW menikahinya pada usia 18 tahun, seperti ‘standar’ usia perempuan menikah menurut kita (itu juga masih kemudaan); tentu begitu menikah tak lama kemudian Aisyah akan menjanda. Dengan demikian, hadits yang dirawinya dalam setahun usia pernikahan juga tidak akan sebanyak jika Aisyah menikah sejak usia 9 tahun. Well, semua itu tentu sudah diatur dengan baik oleh Allah SWT. Segala sesuatu itu akan indah pada waktunya. Mungkin lebih tepat jika ditulis ‘waktu-Nya’.