11/10/11
Berikut sharing remaja sholehah yang sedang resah karena orang tuanya melarang berjilbab:
Mba Viska, sebelumnya saya terimakasiiih sekali atas reply-nya… Kemarin saya mencoba menanyakan lagi kepada orangtua saya, tapi ternyata jawabannya semakain jauh dari yang saya harapkan. Orangtua saya bilang, mereka maunya / pengennya, saya punya pacar dulu stelah itu baru dibolehkan memakai jilbab.. Mungkin orangtua saya khawatir kalo” saya ndak dpt pasangan hidup yg baik, seperti yg mereka harapkan, krn mmg saya ndak pernah pacaran sama sekali, saya tau mba pacaran itu ndak boleh… Krn itu kan termasuk larangan-Nya ya mba (pacaran=mendekati zina,zina mata,hati,tangan,telinga,pikiran,dll,hiiyy seram) jadi ya saya menurutinya.. Saya tidak pacaran… Hehehe… Tapi sebenarnya saya tidak pacarannya diam”, orangtua saya tidak tau tentang hal ini, bahkan mereka juga tidak tau kalo selama ini saya memakai baju besar” dan tidak menyentuh laki”.
Kembali ke topik.. Orangtua saya bilang, tidak berjilbab itu lebih kelihatan bagus drpd berjilbab, dan mereka mau saya punya pacar dulu, lalu aq bilang ke mereka, “Deny benar2 ndak tau mau pacaran sama siapa… Deny benar2 ndak ada gambaran sama sekali…” Dan jwbnny: “itu karena kamu terlalu menutup diri, kamu beginibeginibegini” (sambil agak dimarahin)
akhirnya daripada orangtua saya marah sama saya, saya bilang “ya sudah deh, terserah mamah sama bapak, kalo mmg mau begitu yasudah deny ndak pake jilbab dulu” (meski didalam hati saya bilang ‘aku harus pakai jilbab! ini perintah-Nya!’). Saya jadi bingung mba, saya kan ndak akan pacaran, berarti, saya ndak akan pernah pake jilbab? T_TApa dengan cara sembunyi” aja ya? Waktu saya berpikir mau nekat sembunyi”, tiba” saya teringat kata” kakak sepupu saya yg dulu sering dibilangkan ke saya, “adik, adik jangan memaksakan diri, ingatlah, segala sesuatu akan terjadi indah pada waktunya” (maaf, kakak saya non, hehe).
Saya juga ingat kata2, “surga ada dibawah telapak kaki ibu”. Saya jadi bingung mba viska… 😥
What should i do…? :’Saya ingin sekali mematuhi perintah-Nya, tapi saya juga tidak berani membantah (dlm hal ini bertindak nekat tanpa seizin orangtua saya) dgn orangtua saya… Karena dari dulu, orangtua bilang A, saya lakukan A, saya tidak pernah membantah maupun berbohong degan orang tua saya mba… Saya jadi bingung… Maaf ya mba kalo saya berisik, hehe, mohon idenya bgmn sebaiknya ya mba… Hehe… Deny makasiiih sekali dgn mba Viska yg telah meluangkan waktunya dengan membalas comment Deny ;] jazakillah khoiron katsir mba Viska.
Dear Deny.. Sabar ya, sayang.. Orang tuamu belum sadar saja betapa berharganya putri mereka yang sholehah.. Kemarin di mall saya melihat seorang ibu berjalan dengan putrinya yang memakai rok mini dengan sepasang kaki yang belang warna kulitnya karena banyak noda hitamnya. Mungkin semacam bekas gigitan nyamuk. Sudah kakinya tidak mulus, dipamerkan pulak dengan rok pendek. Jadi tidak pantasnya 2x deh. Orangtua lain pusing menasehati anak perempuan mereka agar mau menutup aurat.. Ini kebalikannya 🙂 Semua hanya karena keterbatasan ilmu agama mereka. Tugas Deny lah ‘mendakwahi’ mereka agar terbuka jalan pada-Nya.
Adakah acara pengajian rutin di mesjid terdekat? Cobalah minta tolong pada penceramah untuk berdiskusi dengan orang tua Deny tentang hal ini. Jika beliau berkenan, ajaklah orang tua untuk datang ke acara tersebut supaya bisa bertemu dan berdiskusi dengan udztad/udztazah tersebut.
Ajaklah teman-teman Deny yang berjilbab untuk sering datang ke rumah. Jadi orangtua bisa melihat sendiri bagaimana perempuan muslimah yang berjilbab tetap bisa cantik, aktif, bersekolah dengan pintar dan bergaul dengan pantas (tidak kuper tapi tentu tidak permisif loh, ya)..
Coba iseng mampir ke toko buku untuk mencari buku-buku tentang agama. Berikan pada orang tua sebagai bahan bacaan. Lalu jika suasana sedang santai, coba diskusikan pelan-pelan dengan orang tua. Tidak perlu berbohong, tidak perlu diam-diam atau memaksa. Deny kan sudah besar, keinginan Deny dan orang tua bisa dikompromikan baik-baik.
Sesungguhnya ketaatan kepada Allah itu harus didahulukan. Ingat bahwa Allah Yang Maha Pencipta adalah pemilik hidup dan mati kita. Menjalankan perintah-Nya harus dilaksanakan meskipun banyak ujian dan tantangan yang datang, termasuk dari orang tua kandung. Ingat kisah Nabi Ibrahim As? Tidak akan berdosa seorang anak yang tidak menuruti orang tuanya, apabila dipaksa untuk tidak taat pada Allah. Jelaskan bahwa Deny hendak berhijab untuk menjalankan kewajiban sebagai seorang muslimah dan untuk menaati perintah-Nya. Jika tidak dikerjakan, yang berdosa bukan hanya Deny tetapi juga orang tua Deny. Apakah itu yang orang tua Deny inginkan? Tentu tidak bukan. Deny ingin menjadi anak sholehah yang kelak doanya pada kedua orang tua tidak akan pernah terputus amalannya meskipun orang tuanya sudah meninggal. Siapa lagi yang akan menjadi pembuka pintu surga selain doanya anak yang sholeh/ah?
Allah ta’ala berfirman :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا * وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” [QS. Israa’ : 23-24].
Melalui ayat ini Allah ta’ala memerintahkan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua, mematuhinya, serta tidak menentangnya. Bahkan hanya dengan perkataan ‘ah’ saja tidak diperbolehkan. Kecuali jika orang tua memerintahkan kemaksiatan kepada Allah ta’ala, maka pada saat ini tidak boleh taat kepadanya. Allah ta’ala berfirman :
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya” [QS. Luqmaan : 15].
حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ الْقَوَارِيرِيُّ ، حَدَّثَنَا ابْنُ مَهْدِيٍّ ، عَنْ سُفْيَانَ ، عَنْ زُبَيْدٍ ، عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ ، عَنْ عَلِيٍّ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ”
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Umar Al-Qawaariiriy : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdiy, dari Sufyaan, dari Zubaid, dari Sa’d bin ‘Ubaidah, dari Abu ‘Abdirrahmaan As-Sulamiy, dari ‘Aliy, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah ‘azza wa jalla” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 1/131; shahih].
Di-copas dari sini.
Yang terpenting tentu adalah kesungguhan hati Deny dalam melaksanakan perintah berhijab. Apabila Deny konsisten dalam berhijab seraya bisa membuktikan bahwa sikap dan perilaku Deny menjadi semakin baik setelah berhijab, tentu orang tua akan percaya.
Bagaimana dengan jodoh? Nah yang menurut aku, “segala sesuatunya akan terjadi indah pada waktunya” ya soal jodoh itu 🙂 Kalau soal kewajiban pada Allah; karena datangnya langsung dari Allah ya tentu harus kita kerjakan langsung untuk menaati perintah-Nya, tidak perlu mendapatkan ijin atau menunggu waktu, kecuali berhaji ya—jika sudah mampu. Kepatuhan kita itu adalah hak Allah sebagai pencipta kita, lho. Kita mau menunggu sampai kapan? Sedangkan umur kita milik Allah juga. Iya jika masih ada waktu; jika besok kita dipanggil Allah padahal amalan kita belum sempurna, tentulah “tidak lagi indah pada waktunya”. Hehehe..
Perempuan yang baik, akan mendapatkan laki-laki yang baik. Katakan pada orang tua Deny, bahwa Deny berhijab adalah dalam rangka memantaskan diri untuk mendapatkan jodoh yang baik pula. Deny berharap jodohnya adalah laki-laki yang agamanya baik pula; karena laki-laki yang agamanya baik akan cukup punya pemahaman bagaimana memperlakukan dan menghargai perempuan, selayaknya yang diajarkan dalam agama. Juga dengan menjadi hamba-Nya yang patuh, Deny berharap doa Deny tentang jodoh yang baik akan segera dikabulkan-Nya. Orang tua tentu tidak ingin jodoh Deny adalah laki-laki yang hanya melihat penampilan Deny dari luarnya saja. Percayalah, tidak akan berkurang kecantikan seorang perempuan karena berhijab. Malah dengan berhijab, kecantikannya tidak diumbar dimana-mana dan terjaga hanya untuk suaminya seorang.
Demikian Deny sayang, sedikit sharing dari aku semoga bisa menginspirasi ya. Jangan lupa terus berdoa pada Allah semoga orang tua Deny segera dicairkan hatinya. Tambah lagi dengan salat tahajud dan berdoa dan curhatlah pada Allah Sang Pemilik Hati, semoga Allah memberikan yang jalan terbaik untuk Deny, amin ya rabbal’alamin.
Aku tunggu cerita kelanjutannya ya.
Salam sayang 🙂
22 responses to “Ketika Orang Tua Melarang Berjilbab”
perempuan milik-Nya
Maret 23rd, 2012 pukul 21:13
assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh mba viska 🙂 🙂
mba viska, alhamdulillah sekarang aq udah pakai jilbab ^_^
akhirnya dibolehin juga…hehehehehe
ya meskipun tarik ulur juga,,
bolehnya ga bener2 “OKELAH!”, tapi cuma “ya” gitu, dengan nada datar, wkwkw
alhamdulillah…aq bersyukur sekali sempat memakainya…. :’)
Allah Maha Baaiiikk sekali… ❤ ❤
mulai tahun ajaran baru kemarin (awal maret) aq udah kesekolah pakai jilbab ^^
makasih banyak ya mba viska sudah banyak memberi saran dan menyemangati denyy.. 🙂 🙂
terimakasih juga udah bantu doa sehingga skrg deny bisa pakai pakaian yg bagus ini 😉
jazakillahu khairan katsiran mba viska…aamiin, hehehehehehe
semoga aq bisa tetap istiqamah dengan pakaian baru ku ini, aamiin
semangkAAA ^^
oya mba viska, kenapa nama terang ku disebut 😦
kenapa ga pakai nama samaran aja di tulisan diatas,
aq malu mba viska… ;-( hehe
okelah, sekian dulu ya mba,
senaang bisa berbagi dengan mba viska, dan dengan semua teman" yang mampir ke blog mba viska 🙂 🙂
meskipun ini cuma curhatan mudah"an bisa bermanfaat hehehe aamiin
okelah, salam sayang untuk semua 🙂
wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 🙂
SukaSuka
Viska
Maret 30th, 2012 pukul 22:53
denyyy.. apa kabarnya, sayang?
wa’alaikumsalam wr wb
glad to hear from you again, especially good news! alhamdulillaaah ya..
bener-bener hidayah Allah tercurah untukmu, huhuhu sampai terharu akuuu :’)
aduw maap klo aku sebut nama langsung, maksudnya biar (sok) akrab gitu #SKSD 😀
well, ini baru awalnya lho, jalan selanjutnya masih panjang..
godaan pasti ada, kita dituntut untuk terus menempa diri supaya tidak mudah goyah! *deu bahasanya*
perilaku, tutur kata, semuanya harus lebih baik dari ketika sebelum berhijab.
deny masih harus membuktikan kepada orangtua, keluarga bahwa pilihan deny adalah yg benar.
siapa tau hidayah-Nya menular kepada yg lain kan.. *aamin*
so jadikan kebahagiaan ini sebagai semangat untuk menjaga hijab deny..
*aku juga masih belajar lho*
semangaaat!
makasih banget udah mampir dan berkabar lagi..
percaya deh, aku yg senyumnya paling lebar baca ceritamu ini 😀
ga dikira, ternyata rasa itu menular, jadi ikut senaaang banget membaca kabar bahwa deny udah pake jilbaaab *hugs
oke sayang, selamat menempuh “hidup baru”..
semoga semua berjalan lancar dan barokah ya sayang.. aamin..
keep in touch ya, ditunggu kabar selanjutnya 🙂
wassalamu’alaikum wr wb
SukaSuka
Rinan
April 5th, 2012 pukul 15:19
assalamu’alaikum
saya izin copas yah ukhti 🙂 ,
mau saya perlihatkan ke teman saya 🙂
syukron 🙂
SukaSuka
Mey Lutfia
November 26th, 2012 pukul 14:52
Assalamualaikum wr. wb.
Sy sedang mengalami hal yg sm dg Mbak Deny, orang tua melarang mengenakan jilbab, tapi dengan alasan krn jaman sekarang pekerjaan yg berkaitan dg akuntansi (krn sy skrg sdg kuliah d jurusn tsb) tidak memperbolehkan memakai.
Kalau tjuan sy kdepan adlh mnjdi seorg guru, barulah orang tua sy mengijinkan sy berhijab. Sy bngung, krn tjuan sy bkn utk mnjdi guru. dan soal jodoh, ya, katany…atau setelah menikah barulah jika suami mengijinkan, maka sy bleh berhijab.
Tp saat ini, mulai saat ini jg (kalau diijinkn) sy ingiin berhijab.
mohon sarannya, Mbak Viska…
Trimksiii 🙂
Wassalamualaikum wr. wb.
SukaSuka
Viska
November 28th, 2012 pukul 01:51
Wa’alaikumsalam wr wb
Halo Mey!
Wah, salut sama kalian.. Berani berhijab walau banyak yang melarang. Tapi jangan khawatir, kita-kita sebagai rekan muslimah dan Allah Swt tentunya, pasti mendukung segala niat baik untuk mendekatkan diri kepada-Nya.. Aamiin..
Menurutku.. Berhijablah dan buktikan bahwa hijab bukan halangan dalam mencari pekerjaan! Bilang ke orangtua, kalau besok mati dan belum sempat bertaubat, nanti bagaimana mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah? Kita berdoa sama Allah, mau minta pekerjaan yang bagus gajinya besar dan jodoh yang ganteng-sholeh-kaya-setia-baik hatinya *aamiiin* tapi Allah minta kita menuruti perintah dan larangan-Nya kok kita nggak mau? Bukankah tujuan utama diciptakannya manusia itu adalah untuk beribadah sama Allah? Dan Mey kan juga ingin menjadi anak yang sholehah, yang doanya bisa mempermudah jalan kedua orangtuanya di akhirat kelak.. *aamiin*
Lagipun, masak sih bidang akuntasi gak terbuka buat muslimah? Wong bidang perminyakan saja banyak rekan muslimah yang berjilbab kok.. Bank yang nggak syariah saja banyak pegawai wanitanya yang berjilbab. Coba dulu ya, yang penting kan kompetensinya. Penampilan sih asal kamu bersih, rapi, gak perlu wangi banget asal gak bau *halah* rasanya oke-oke aja. Kecuali memang pekerjaannya harus bertemu klien yang menuntut penampilan menarik.. Misalnya SPG. Betul nggak? Nanti kalau nggak keterima, ya berarti bukan rejeki.. Hehehe.. Dan mungkin juga Allah menunjukkan itu bukan yang terbaik buatmu.
Kalau soal guru.. Rasanya nggak jelek-jelek amat, kecuali di Indonesia yang memang kurang memperhatikan kesejahteraan guru ya alias gaji kecil 😀 nggak tau di sekolah swasta. Well, sedikit cerita, tetangga sebelah ada yang memang sedari awal berniat menjadi guru. Alasannya tidak terlalu sibuk seperti kerja kantoran, jadi masih punya waktu di rumah. Bener juga. Kamu tau sendiri Jakarta. Pergi kantor masih gelap anak masih tidur, pulang kantor sudah gelap juga anak sudah tidur lagi 😀 Jadi bisa dipertimbangkan lho. Tapi pada akhirnya, pilihlah pekerjaan yang kamu suka mengerjakannya dan bisa bikin senang. Lebih bagus kalau pekerjaannya sesuai syar’i, bermanfaat dan barokah 🙂
Dan soal jodoh.. Ah, gampang itu mah, ya cari cowok yang suka sama perempuan sholehah dong, gampang kan 😀 Ingat ya, perempuan baik-baik untuk laki-laki baik-baik. Kecuali jika kamu berdoa memaksa Allah menjodohkan kamu dengan laki-laki yang nggak baik (misalnya, suka memukul) ya bisa jadi doamu dikabulkan.. Tapi hasilnya tentu belum tentu akan baik juga.. Mending yang pasti-pasti aja.. Niatkan cari suami yang sholehah!
Lagipula suami apa itu tidak mengijinkan istrinya menutup aurat.. Suka gitu aurat istrinya dilihat orang lain, laki-laki lain? Sudah jelas-jelas-jelas hukumnya wajib menutup aurat. Padahal tugasnya suami kan menjaga keluarga di dunia dan akhirat, menjauhkan dari api neraka. Nanti kalau anggota keluarga ada yang melenceng ‘jalannya’, suami loh yang bertanggung jawab di akhirat.. Itu adalah kegagalannya dalam mendidik istri dan keluarga. Nah lho.. Jadi, cari suami yang bener, ya?
Soal rejeki dan jodoh, berdoa dan berusaha, insya Allah dimudahkan jalannya. Kalau galau, ada Allah tempat mengadu, sholat tahajud dan istikharah.. Mudah-mudahaaan semua lancar, ya Mey..
Kalau sempat, kabari lagi perkembangannya ya, adik manis.. Semangaaat!
Wassalamu’alaikum wr wb
SukaSuka
Nadya Nanda Irawan (@nadnad02)
Oktober 24th, 2014 pukul 08:43
Assalamualaikum, kak mau tanya hal yang sama mungkin dengan teman-teman sebelumnya, tapi kak bagaimana jika larangan orang tua itu beralasan misalnya cita-cita kita adalah seorang polwan yang belum ada undang2 yang bisa memperbolehkan seorang polwan berhijab, nah, larangan orang tua ini cukup beralasan kak menurut saya. Tapi perintah-Nya yang wajib juga membuat saya takut untuk tidak menjalankannya tapi saya juga bingung bagaimana caranya untuk bisa menjelaskan kepada orang tua saya sehingga mereka dapat mengerti dan memperbolehkan saya berhijab, dan juga apa yang sebaiknya saya lakukan karena jujur saya belum pernah melanggar satupun perintah orang tua saya tapi ini juga perintah-Nya dan saya takut akan azab-Nya. Dan juga kak tolong berikan saya saran apa yang harus saya lakukan agar saya diperbolehkan untuk menaati perintah-Nya tersebut?. Karena sebenarnya saya juga mencoba mencari dan memanfaatkan setiap cara agar maksud saya terkabul.
Kalau ada waktu tolong dibantu ya kak 🙂 Terima Kasih
Wassalamualaikum
SukaSuka
Viska
November 10th, 2014 pukul 11:01
Salam adik manis…
Maaf telat reply ya, maklum baru pulang mudik nih 🙂
Kemarin sepertinya memang heboh soal jilbab pada polisi/tentara wanita, tapi bukannya sudah diperbolehkan ya? Coba cek lagi ya..
Kalau mau ideal sih, jawabannya pasti carilah pekerjaan yang mengijinkan kita menjalankan syariat agama 🙂 rezeki juga datangnya dari Allah, nggak perlu takut nggak dapat kerjaan kalau pakai jilbab. Kalau perintah orang tua itu melanggar perintah agama ya kita nggak boleh untuk mentaatinya. Berikut dalilnya, ya:
Allah ta’ala berfirman :
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya” [QS. Luqmaan : 15].
حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ الْقَوَارِيرِيُّ ، حَدَّثَنَا ابْنُ مَهْدِيٍّ ، عَنْ سُفْيَانَ ، عَنْ زُبَيْدٍ ، عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ ، عَنْ عَلِيٍّ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah : Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Umar Al-Qawaariiriy : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdiy, dari Sufyaan, dari Zubaid, dari Sa’d bin ‘Ubaidah, dari Abu ‘Abdirrahmaan As-Sulamiy, dari ‘Aliy, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah ‘azza wa jalla” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 1/131; shahih].
Berdoa sama Allah minta rezeki, tapi disuruh Allah menutup aurat tapi nggak mau, kayaknya kok nggak sinkron ya 🙂 Allah sih Maha Baik, mau kita taat atau nggak, pasti semua diberikan sesuai jatahnya. Tinggal manusia ya aja mau gimana 🙂
Tapi tentu saja kita nggak bisa memaksakan seperti itu. Sholat itu wajib semua orang Islam pasti tau kok, tapi ada juga kan yang nggak melaksanakannya 😉 karena yaaa…pemahaman, keyakinan, iman seseorang terhadap agamanya itu nggak sama.
Ini ada artikel yang bagus ttg rezeki, dibaca juga yaa..
http://m.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/antara-rezeki-jodoh-dan-ajal.htm
Jadi.. Sudah tau ya kira-kira jawabannya seperti apa 🙂 semoga nggak bingung lagi dan diberikan jalan yg terbaik, aamiin 🙂
Salam manis dari jauh 🙂
SukaSuka
ukhty
November 16th, 2014 pukul 15:56
Assalamualaikum
Ana remaja 17th ana sangat ingin sekali berjilbab syari namun ibuk sangat melarang karna anggapan ibuk jilbab panjang itu selalu dikaitkan dengan ajaran islam yg tdk baik,sifat ibuk yg kadang kasar membuat ana takut untuk mendakwahi bagaimana solusinya? Syukron
SukaSuka
Viska
November 19th, 2014 pukul 17:57
Salam adik manis,
Nah anggapan ibuk itulah yg harus kita ubah pelan-pelan. Tunjukkan pada ibuk, bahwa muslimah itu seharusnya berhijab yg baik dan berakhlak lembut, sesuai dengan yg dicontohkan Nabi SAW. Mereka yg kasar itu sih oknum aja, nggak ada itu dalam agama apapun ajaran untuk berperilaku kasar dan tidak baik, apalagi Islam ya, tuntunannya adalah untuk berakhlak mulia.
Bila kita sudah menunjukkan perilaku yg santun, insyaAllah ibuk akan menerimamu dengan senang hati. Malah bangga sekali, putriku ini sholehah lho… Menutup aurat dengan sempurna dan akhlaknya mulia 🙂 demikian ya, jangan ragu untuk berubah ke arah kebaikan.
Salam manis 🙂
SukaSuka
shafirah inayah
Februari 19th, 2015 pukul 05:38
Aku pengen banget makai jilbab tapi orang tua larang karna alasan akunya pakai jilbab tidak rapi temanku aja pakai jilbab tidak rapi tapi orang tuanya tidak ngelarang kok????
Aku mau sembunyi sih tapi nanti ketahuan hehehe…. padahal aku ingin pakai jilbab ke sekolah
TRIM’S mbak viska
SukaSuka
Viska
Februari 23rd, 2015 pukul 22:19
Halo adik Shafirah!
Kalau cuma itu alasannya sih gampang aja, tinggal kamu rapikan caramu berjilbab… Hehehe… Bilang mamah, ajarin dong, mah, cara berjilbab yang rapi 😉 ajak mamah pergi ke kelas hijab tutorial.. Ajak mamah ke toko buku atau liat youtube bareng tentang hijab tutirial, nanti trus praktekin bareng… Minta mamah untuk dandanin kamu berhijab yang keren… Minta mamah temenin kamu untuk shopping kerudung-kerudung yang kece… Sambil bilang, mah, aku mau berhijab…daripada berpakaian tapi telanjang, kan malu 🙂
Good luck, girl, jangan menyerah ya!
SukaSuka
tikayatnika
Juni 8th, 2015 pukul 08:48
Assalamu’alaikum . Mba 🙂 saya juga punya pengalaman serupa, tiap2 hari bertemu orang tua ketika hendak bekerja, orang tua saya nyindir sinis, “kerja kok pakai rok, kerja kok jilbabnya panjang, kerja kok pakai gamis, kerja itu pakai celana.” saya belum lama pakai busana yang serba longgar. Biasanya berkerudung transparan, celana jeans, kaos agak ngetat,dan ortu tdk ada protes. Tapi stlh saya berhijab seperti ini, orang tua saya malah tidak suka. Saya ini gak akan bisa membalas kebaikan orang tua saya dalam bentuk harta apalg, saya ingin memuliakan orang tua kelak di akhirat dgn busana saya ini, saya ingin menghafal al qur’an, ingin pesantren, tapi.. ortu tidak mengizinkan, d suruh kerja terus. 😦
SukaSuka
dafa
Juni 26th, 2015 pukul 02:02
assalamualaikum mbak Tikayatnika yang baik hatinya..
walau saya hanya reader yang sekedar lewat dan kebetulan membaca ini, saya merasa berkewajiban untuk membalas, karena saya sendiri juga sedang menghadapi permasalahan yang hampir sama persis dengan ini, dan saya juga sedang berusaha….
Alhamdulillah bahwa Allah masih memberikan kita hidayah untuk selalu mendekat kepada Nya dengan salah satu caranya yaitu mengenakan jilbab yang syar’i..
yakinilah bahwa keinginan mbak tika untuk berjilbab syar’i itu merupakan panggilan dari Allah SWT, dan hidayah seperti ini merupakan hadiah istimewa dari Allah untuk hamba Nya… permasalahan ridho orang tua, bisa jadi itu adalah ujian awal untuk kita yang sedang berusaha berjalan menuju Nya.. Allah ingin melihat, sejauh apa komitmen hambaNya ini untuk menjalankan syari’at Nya….
maka bersabarlah menghadapi sikap orang tua yang menentang kita untuk mentaati Allah. pelan pelan,.. sambil kita menjalankan syari’at Nya untuk berjilbab syar’i, sambil kita berusaha mengambil hati orang tua kita… dengan akhlak yg baik pada orang tua.. doakan orang tua kita selalu… supaya dilembutkan hatinya dan dibukakan pintu hatinya sehingga bisa menerima keputusan kita untuk berjilbab syar’i.. inshaAllah…..
begitu pula dengan mengikuti majelis ilmu agama, meskipun dilarang orang tua, namun menuntut ilmu itu wajib hukumnya, termasuk ilmu agama, maka tak apa bila kita melanggar orang tua yang melarang kita untuk menuntut imu…. namun, memang harus berhati-hati dalam memilih tempat belajar agama, pilih yang tidak menyimpang dari jalur ajaran Islam yang bersumber dari al Qur’an dan al hadist,. pilih yang jelas sanad-sanad nya….
lakukan ini sbagai bentuk bakti kita pada orang tua.. bukankah jika anaknya taat, pahalanya juga akan sampai ke orang tua kita…. 🙂
biarlah kiranya kita sedikit membuat orang tua kita kecewa di dunia karena taatnya kita pada Allah, tetapi nanti di akhirat kita akan menjadi kebanggaan untuk mereka 🙂
berdoa juga supaya Allah selalu menguatkan iman kita, sehingga kita tetap teguh taat pada Nya meskipun berbagai cobaan yang menghadang 🙂
SukaSuka
Viska
Juli 28th, 2015 pukul 14:47
Terima kasih sharingnya, Dafa. Mudah-mudahan bisa menguatkan muslimah lain yang sedang berjuang untuk berjalan di atas jalan-Nya, aamiin..
SukaSuka
Viska
Juli 28th, 2015 pukul 14:43
Wa’alaikumsalam. Sabar, ya? Sesungguhnya itu adalah ladang pahala buatmu mendakwahi mereka. Jika nggak bisa dengan kata-kata, cukup dengan akhlaq dan perbuatan. Dan pastinya nggak bisa instan 🙂 sementara ini buatlah kerja sebagai ibadah. Menghafal qur’an bisa saja asalkan ada niat, انشـــــاء الله ada jalan. Semoga istiqomah dan selalu berada dalam lindungan-Nya, ya 🙂
SukaSuka
Anita Andriani
September 4th, 2015 pukul 14:11
Assalamualaikum mbak.
Saya juga ingin memperbaiki diri. sayapun mengenakan jilbab didalam maupun di luar rumah. pakaiannya juga tidak pakai ketat lagi. tapi ibu dan mbak saya melarang saya berhijab di dalam rumah. alasannya pakaian yg pendek yg dulu2 sayang kalau tidak di pakai. alasan lain saya juga lebih bagus pakai pakaian pendek katanya. terus kalau saya berpakaian gamis dan baju yg longgar keliharannya seperti ibu2. alasan lain juga ada, saya memiliki tunangan dan ibu saya takut tunangan saya bosan kepada saya kalau saya memakai pakaian seperti sekarang, karena tunangan saya masih kuliah. saya bingung mau bersikap bagaimana. saya sudah berkali2 mengutarakan alasan saya berhijab. sudah sering saya memberitahu kepada ibu dan mbak saya tentang keutamaan menutup aurat. tapi mereka tidak berespon positif.
saya ingin berhijab dengan diridho’i Allah dan keluarga terutama ibu.
mohon sarannya mbak.
wassalamualaikum mbak.
SukaSuka
Viska
September 11th, 2015 pukul 17:23
Wa’alaikumsalam… Baju pendeknya kayak apa sih? Bukan kayak bikini, kan… Di rumah kalau memang mau, boleh kok pakai baju pendek, asal yang melihat mahram kita saja. Selama kita yakin dengan berbaju pendek itu tidak akan menjadikan fitnah. Misalnya nanti kakak jadi melihat tahi lalat di kaki, lalu menyebarkannya ke tetangga 😀 Nanti pun di depan suami, kita harus pakai baju yang bagus dan dandan cantik, baju seksi juga boleh.. Asal di dalam rumah dan dilihat suami saja, yaa.. Hehehe.. Jadi saran ibu dan kakak boleh dijadikan masukan. Mereka nggak melarang kamu berhijab keluar rumah, kan?
Kalau tunangan masih kuliah terus kenapa? Tunangan yang sholeh tentu akan mengerti, bahwa calon istrinya harus menutup aurat di luar rumah dan kecantikannya itu hanya untuk dipandang suami saja. Nanti tunangannya bisa bantu jelaskan ke ibu dan kakak. Sesungguhnya dakwah itu nggak mudah. Jadi bersabar saja dulu, sambil terus menjelaskan pelan-pelan pada keluarga. Diajak diskusi, ikut pengajian, dll sambil berdoa terus insyaAllah Allah memberikan hidayah dan membuat mereka mengerti 🙂
Semoga dimudahkan, ya Anita, aamiin…
SukaSuka
indaah
Maret 6th, 2016 pukul 15:37
Assalamualaikum,kak sya mau berhijab dirumah dan diluar jga,tpi ortu sya melarang klu memakainya didlm rmh,klu keluat katanya boleh,sya bingung dgn keadaan ini….
katanya itu behijab dlm rumah itu berlebihan dan Allah tdk menyukai yg berlebihan itu menurut Ayah sya,bagaimana yah solusinya,apakah sya tdk memakai hijab atau pakai,mentaati perintah Allah atau kedua ortu sya??????
SukaSuka
Viska
Maret 8th, 2016 pukul 22:30
Wa’alaikumsalam Indah,
Di rumah ada orang lain selain mahram tidak? Kalau tidak ada, tidak apa melepas jilbab di dalam rumah. Memakainya di dalam rumah juga tidak ada larangan. Apa yang diminta ayahmu tidak berlebihan, mungkin beliau takut kamu kegerahan 🙂 Kan beliau tidak melarangmu berjilbab saat keluar rumah.
Kalau dicermati perintah-Nya di Qs. An-Nur 31 (saya kutip) “… Dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada… …” Jadi kalau di rumah tapi ada non-mahram, tetap nggak boleh buka jilbab, ya? Tapi kalau di rumah semuanya mahram ya nggak apa buka jilbab. Kalau di luar rumah yakin nggak ada orang lihat auratmu; misalnya terdampar di pulau hanya ada kamu seorang diri, ya boleh aja buka jilbab. Mungkin nggak, sih : D
Paham, ya adik sholehah? Lengkapnya tentang siapa saja mahram kita boleh baca di sini:
http://wanitasalihah.com/pakai-jilbab-di-luar-rumah-lepas-jilbab-di-dalam-rumah-sudah-benarkah/
Semoga istiqomah terus ya, Indah! :)
SukaSuka
Alfi
Maret 12th, 2016 pukul 23:50
Assalamu’alaikum..
Alhamdulillah saya sudah berhijab sejak saya SMA kelas 1 hingga sekarang saya kuliah smt 1. Tapi, saya insyaaAllah istiqomah berhijab setiap saat bertemu dengan non muhrim baru bbrapa bulan ini. Ibu saya juga memakai hijab hanya kalau berpergian tapi beliau sering tidak memakainya ketika keluar rumah jarak dekat( ke rumah tetangga), ketika ada tamu yg bukan muhrim, dll. Saya sudah beberapa kali mengingatkan kepada ibu saya untuk konsisten berhijab. Nah yang ingin saya tanyakan bagaimana mendakwahkan yang baik dan menjelaskan dengan tepat agar ibu saya konsisten dalam berhijab?
Syukron ukhti
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
SukaSuka
Viska
Maret 14th, 2016 pukul 17:27
Wa’alaikumsalam
Alhamdulillah Alfi, semoga selalu istiqomah ya. Berdakwah yang baik sesuai yang dicontohkan Rasulullah ﷺ adalah dengan akhlak yang mulia, penuh kelembutan dan kesabaran. Beri contoh pada ibu. Ajak ibu nonton kajian di yufid.tv tentang berhijab. Beri artikel atau bahas tentang mahram seorang wanita, kepada siapa aurat harus ditutup atau boleh ditampakkan. Lalu diskusi dengan lembut. Ajak ayah untuk ikut mensupport ibu menutup aurat di luar rumah. Yang paling penting, sabar 🙂 dakwah itu tidak mudah meski kepada keluarga sendiri. Jangan lupa berdoa agar ibu diberi taufik untuk istiqomah dalam berhijab karena Allah lah Maha pembolak-balik hati. Semoga Allah ﷻ mengijabah doa anak yang sholehah, aamiin..
Barakallah fiik 🙂
SukaSuka
Nadhira
Desember 14th, 2016 pukul 11:00
Assalamu’alaikum wr wb,
Saya juga mengalami hal yg serupa dengan saudari2 diatas. Saya sudah ada niat dan keinginan untuk memakai hijab, sudah 3 hari ini saya ke kampus memakai hijab tapi Ibu saya tidak mengetahui nya krn kebetulan Ibu saya pd saat itu sedang keluar kota. Hingga suatu saat Ibu saya balik dan melihat saya yg sudah berhijab.
Ibu saya marah besar kepada saya, segala kata2 kasar dan perlakuan kasar ditujukan kepada saya, atas keputusan berhijab saya ini (Ibu saya sendiri sudah berhijab). Ibu saya pun akhirnya menyuruh saya untuk melepas hijab saya dan tidak memakainya lagi dengan anggapan bahwa saya telah di provokator org lain krn tiba2 ingin berhijab, selain itu ibu saya berkata bahwa tidak semua org yg berhijab baik akhlak dan hatinya dan Allah tidak memandang orang hanya dari hijabnya tp yg terpenting adalah hatinya, selain itu beliau mengatakan bahwa saya tidak usah memakai hijab krn saya masih muda, akan sulit bagi saya nanti jika mencari pekerjaan.
Ibu saya paham betul bahwa hijab adalah suatu kewajiban yg harus dilakukan, tetapi Ibu saya tetap beranggapan bahwa banyak artis2 muslim di luar sana yg blm menikah ataupun yg sudah berumah tangga tidak menggunakan hijab walaupun mereka beragama muslim. Akan tetapi salahkah saya jika saya sudah ada niat untuk berhijab? Saya sedih sekali setiap saat ibu saya melontarkan kata2 kasar, perlakuan yg kasar dan membanding2kan diri saya dgn orang lain yg blm berhijab.
Sehingga skrg, saya terpaksa melepas hijab saya ketika saya pergi keluar dengan Ibu saya, krn saya tidak ingin menambah masalah dengan Ibu saya. Tetapi saya menggunakan hijab secara diam2 saat pergi ke kampus, krn saya tidak ingin teman2 saya menganggap bahwa saya tidak serius menggunakan hijab.. terlebih lg mereka tidak mengerti kesulitan yg harus saya hadapi. Saya tahu sekali apa yg saya lakukan ini salah, tp saya tidak punya pilihan lain. Krn tiap kali saya berusaha mencoba berbicara dengan Ibu saya, beliau selalu melontarkan kata2 kasar dan perlakuan kasarnya.. yg sangat melukai hati saya.
Dan sekarang, hubungan saya dengan Ibu saya pun merenggang krn saya tidak bicara lg dengan Ibu saya semenjak kejadian ini.. akan tetapi saya tetap patuh terhadap apa yg Ibu saya suruh atau perintahkan kepada saya.
Saya mohon sekali bantuannya mba Viska, bagaimana cara nya agar Ibu saya bisa meridhoi dan mengikhlaskan keputusan saya ini untuk berhijab? Saya sudah sangat sedih dan bingung sekali..
Apakah sikap saya dengan tidak berbicara lg dengan Ibu saya salah? Krn.. jika saya bersikap baik kepada beliau, takut dikira saya meng-iyakan keputusan Ibu saya untuk tidak berhijab.
Mohon bantuannya ya mba jika ada waktu. Saya sangat berterima kasih sekali jika mba berkenan membantu menjawab.
Wassalamu’alaikum wr wb.
SukaSuka